Sutradara : Philippe
de Chauveron
Produser :
Michael Goldberg, Romain Rojtman, & Boris Van Gils
Penulis : Philippe
de Chauveron & Guy Laurent
Tahun
Rilis : 2014
Pemain : Christian
Clavier, Chantal Lauby, Ary Abittan, Medi Sadoun, Frédéric Chau, Noom Diawara, Frédérique Bel, Julia Piaton,
Émilie Caen, Élodie Fontan, Pascal N’Zonzi, Salimata Kamate, Tatiana Rojo.
1.
Sinopsis
Film
ini menceritakan tentang kehidupan suatu keluarga yang orang
tuanya memegang teguh kepercayaan mereka sebagai seorang yang beragama Katolik.
Mereka mempunyai 4 orang anak perempuan. Beberapa anak mereka sudah menikah, 3
di antaranya menikah dengan laki-laki lain yang berbeda agama dan ras dengan
mereka. Karena perbedaan agama dan ras yang dimiliki oleh menantu lelaki mereka
tersebut maka Claude Verneuil dan Marie tersebut masih menentang keberadaan
mereka bahkan setelah sudah resmi menjadi pasangan suami-istri. Harapan mereka
hanya tersisa satu, yaitu sang anak bungsu mereka. Tetapi, sang anak bungsu
sudah mempunyai seorang calon. Akankah Claude Verneuil dan Marie menerima calon
yang sudah dipilih oleh sang anak bungsu?
(gambar memperlihatkan adegan di mana raut wajah ketidaksukaan
yang terpatri di wajah Claude Verneuil dan Marie ketika anak ke-tiga mereka
menikah)
2.
Analisis Intrinsik
a.
Tema : Sara
Sara pada film ini muncul
di keseluruhan cerita. Dalam penceritaannya, sesama anggota keluarga, baik
Claude, Marie, maupun
menantu mereka seringkali membuat bercandaan maupun sindiran tentang etnis maupun agama yang dianut
oleh mereka tersebut. Saat malam natal berlangsung pun, sang menantu lelaki
yang tidak beragama Katolik malah datang saat ibadah malam Natal berlangsung di
Gereja tempat Marie biasa beribadah. Berulangkali juga kalimat rasis sering
dibicarakan oleh beberapa anggota keluarga.
b.
Alur : Maju
·
Eksposisi :
Pembukaan film memperlihatkan tiga pernikahan beda agama dan
ras yang dilakukan oleh ke-tiga anak keluarga Verneuil. Dapat dilihat raut
wajah Claude Verneuil dan Marie yang terlihat tidak nyaman dan tidak suka dengan
hal yang terjadi saat pernikahan berlangsung tersebut. Dilanjut dengan makan
bersama seluruh anggota keluarga, banyak perbedaan pendapat yang terjadi saat
makan bersama tersebut sehingga Claude dan Marie pergi dan tidak melanjutkan
acara makan mereka lagi.
·
Klimaks :
Ketika Claude dan Marie mengetahui bahwa anak bungsu mereka mempunyai pacar
yang beragama Katolik tetapi berkulit hitam dengan pekerjaan sebagai komedian. Lalu,
sang anak bungsu mendapat kecaman yang keras dari sang kakak dan kakak ipar
yang mencari segala cara untuk membatalkan pernikahan mereka agar Marie tidak
depresi berkepanjangan karena perbedaan yang dimiliki oleh calon menantu mereka.
·
Penyelesaian :
Claude Verneuil akhirnya mencoba berdamai dengan orang tua dari pacar anak
bungsunya tersebut dan akhirnya pernikahan mereka berlangsung dengan khidmat. Pada
akhirnya, baik Marie maupun Claude dapat menerima perbedaan sang menantu mereka
dan melanjutkan kehidupan keluarga mereka dengan baik dan tidak mengganggap
perbedaan yang dimiliki adalah sebuah masalah.
c.
Tokoh dan penokohan :
1. Claude Verneuil :
Seorang Gaulist. Ia sangat berharap salah satu anaknya menikah dengan seorang kaukasian beragama Katolik seperti dirinya. Iatidak begitu menyukai perbedaan yang ada di dalam keluarganya, ia harus menerima perbedaan agama dan etnis yang terdapat di keluarganya. Terkadang ia berkata hal yang rasis kepada menantunya.
2. Marie Verneuil :
Sebagai seorang ibu, ia sangat menyayangi ke-empat putrinya. Ia depresi karena perbedaan yang dimiliki oleh ke-tiga menantunya tetapi perlahan ia dapat menerima mereka. Ia juga memiliki hubungan yang baik dengan ibu Charles yang merupakan seorang Katolik berkulit hitam.
3. Isabelle Verneuil : Sangat
menyayangi kedua orang tuanya dan keluarganya serta ia tidak menginginkan adanya permasalahan di antara keluarganya.
4. David Benichou : Seorang
Yahudi, ia adalah seorang pengusahan yang tidak pantang menyerah.
5. Odile Verneuil : Sangat menyayangi kedua orang tuanya dan keluarganya serta ia tidak menginginkan adanya permasalahan di antara keluarganya.
6. Rachid Benassem : Seorang Muslim
dari Algeria, bekerja sebagai pengacara dan ia adalah seorang yang tempramen.
7. Ségolène Verneuil : Seorang
seniman lukis yang emosional, seringkali ia mudah tersinggung maupun terharu yang luar biasa terhadap hal-hal
biasa (turunnya salju, lukisan yang dipajang di rumah orang tuanya,
dll.)
8.
Chao Ling : Seorang keturunan Tionghoa dan bekerja sebagai bankir yang sukses.
9. Laure Verneuil :
Seorang anak yang menyayangi kedua orang tuanya dan keluarganya. Ia juga tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya.
10. Charles Koffi : Seorang artist serta pemain teater
yang handal. Mempunyai kepribadian yang baik dan menyenangkan serta seorang Katolik.
11. Andre Koffi : Seorang primordialis, tidak mudah
menerima perubahan dan hidup dalam trauma dan
kehati-hatian karena sebagai orang kulit hitam suka dijajah dan menderita. Di akhir
cerita, diketahui bahwa ia juga seorang Gaulist.
12. Madeleine Koffi : Ramah dan dapat menerima Laure sebagai
menantunya walaupun terdapat perbedaan budaya.
d.
Latar :
1.
Waktu : Sekitar tahun 2010 an
2.
Tempat : Di rumah Keluarga Verneuil, Prancis.
3.
Suasana : Keadaan tenang,
walaupun banyak kejadian yang tidak diinginkan oleh Claude dan Marie, tetapi
keseluruhan keadaan tetap tenang terkendali.
3.
Nilai-nilai apresiasi
a.
Nilai Hiburan
Cerita yang diangkat oleh
film ini kami rasa sangat dekat dengan realita yang terjadi di kehidupan nyata,
bagaimana rasisme masih banyak dirasakan dan toleransi sangatlah susah dilakukan
oleh sebagian manusia di bumi ini. Sehingga, ketika menonton film ini, film ini
bagaikan sebuah tamparan bagi penontonnya dan gambaran bagaimana konyolnya kita
sebagai manusia yang tidak bisa menerima perbedaan dan selalu saja
memperdebatkan hal yang tidak perlu diperdebatkan, seperti kebudayaan orang
yang berbeda-beda.
Film ini semakin
menghibur ketika alur ceritanya sampai pada tokoh Laure yang akan menikah
dengan seorang berkulit hitam, saudari-saudarinya yang katanya tidak rasis
bahkan mengusahakan berbagai cara agar Laure berubah pikiran dan tidak menikahi
pria tersebut, sebuah ironi akan manusia yang masih sangat rasis terhadap orang
kulit hitam, dibalut dengan sedikit humor dan sindiran.
b.
Nilai Pendidikan/Moral
Film ini menjadikan
toleransi sebagai poin penting dalam ceritanya, bagaimana sulitnya menerima
orang yang berbeda dengan kita, bukan hanya secara fisik atau hal yang kasat
mata tetapi juga kepercayaan, kebiasaan, dan kebudayaan. Dan film ini juga
menunjukkan bahwa sesungguhnya semua orang dapat belajar untuk menerima
perbedaan daripada harus menolaknya, dengan menerima perbedaan, segala sesuatu
menjadi lebih mudah dan menjadikan hidup lebih damai.
Selain itu, sisi
kekeluargaan di film ini juga diangkat, mengajarkan bagaimana orang tua selalu
ingin anaknya bahagia dan sebia mungkin mendukung keinginan mereka. Keluarga juga
tetap hadir dalam keadaan susah ataupun senang, meskipun ada masalah, masalah
itu akan dikesampingkan demi keutuhan keluarga.
c.
Nilai Artistik
Film ini mengambil latar di rumah bergaya klasik-modern milik
Claude Verneuil dan Marie. Rumah bergaya klasik-modern ini banyak
memperlihatkan koleksi barang-barang antik, dan banyak lukisan estetik yang
memiliki banyak makna. Salah satunya merupakan lukisan gadis yang murung,
memiliki warna dominan hitam yang dilukis langsung oleh anaknya, Ségolène. Tak hanya
itu, rumah bergaya klasik-modern ini memiliki halaman yang sangat luas. Dan beberapa
adegan mengambil latar di hutan belantara dekat dengan danau.
Selain itu, percampuran budaya yang ada di dalam film ini sangat
kental, dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan oleh setiap pemeran yang
menunjukkan asal mereka. Salah satu contohnya pakaian adat Afrika yang
dikenakan oleh Andre Koffi ketika proses pernikahan sang anak. Latar China-Town
yang diperlihatkan dalam film tersebut juga mewakili percampuran budaya yang
ada di Prancis. Tak lupa dengan pilihan menu makan malam yang disajikan juga
memberikan kesan keberagaman karena dimasak sendiri oleh Marie dengan resep
yang sesuai dengan asal dan agama menantunya (David Benichou, Rachid Benassem,
dan Chao Ling).
Terakhir, yang menambah nilai artistik pada film ini terletak
ketika mereka sedang menikmati makan malam lalu turun salju pada saat yang
bersamaan. Turunnya salju ini sangat dinantikan karena menambah kesan lembut
kepada film tersebut.
Film ini mengambil perpaduan beberapa shot, antara lain long-shot,
medium-shot, dan medium close-up.
Sebuah apresiasi film karya:
Ruth Agnesia 165110300111008
Bella Hilmi 165110300111017
Ronaldo Thendean 175110300111013
Wulan Deria 175110301111017