Minggu, 13 Oktober 2019

APRESIASI FILM PERANCIS " Majorité Opprimée "


Apresiasi Film “Majorité Oprimée”



Hasil gambar untuk majorité opprimée

Sutradara : Eléonore Pourriat
Produser : Matthieu Prada
Tahun produksi : 2010
Pemain : Pierre Benezit, Tom Colomer, Josie Borrelly-Llop, Céline Porcel, Jamel Barbouche, Marie Favasuli, Lila Berthier, Adèle Grand, Rehab Benhsaine, Celia Rosich, Céline Menville, Christophe Robert, Marie-Lorna Vaconsin

1. Sinopsis
Film ini menceritakan tentang kehidupan yang “dikuasai”  oleh perempuan. Laki-laki tidak memiliki  pengaruh apapun dalam pengambilan keputusan. Lain halnya dengan kehidupan saat ini, dimana laki – laki lebih mendominasi daripada perempuan dalam pengambilan keputusan dan kepemilikan kekuasaan. Dikisahkan dalam film ini, kehidupan seorang laki-laki yang juga adalah seorang ayah dan suami bernama Pierre. Pierre merasa kehidupan di sekitarnya berubah semenjak gerakan feminis merubah tatanan kehidupan sehari – hari, seperti ketika, Pierre mulai menyuarakan pikirannya mengenai perbedaan perlakuan yang terdapat antara perempuan dan laki-laki, ia juga mengomentari kehidupan temannya sesama suami yang selalu menurut perintah istrinya, melawan perkataan pemulung perempuan, maupun beradu mulut dengan sekelompok perempuan di pinggir jalan. Tetapi saat dia mulai memberontak akan ketidakadilan yang dialaminya, suatu masalah besar menghampirinya.

                            (gambar memperlihatkan scene dimana para perempuan menatap bokong lelaki yang melintasi mereka)
2.    Analisis Intrinsik
a.      Tema : Satir
Satir pada film ini muncul dikeseluruhan film karena diceritakan bahwa perempuan mendominasi kehidupan antara laki – laki dan perempuan. Berikut juga dengan perlakuan perempuan terhadap kaum laki – laki yang suka merendahkan dan menggoda di jalanan. Sangat berbanding terbalik dengan kehidupan nyata sekarang ketika laki – laki lebih mendominasi, dan perempuan ketika berjalan sendiri lebih rentan untuk mendapatkan pelecehan secara verbal maupun seksual.

b.    Alur : Maju
·         Eksposisi : Pembukaan film yang memperlihatkan para perempuan yang terlihat bebas dan percaya diri dengan keberadaan mereka digambarkan dengan seorang perempuan melakukan jogging dengan tidak memakai baju. Terdapat tokoh Pierre sebagai seorang laki –laki, suami, dan ayah. Pada babak ini, Pierre memiliki peran dalam mengurus rumah tangga dan anak.
·         Klimaks : Ketika Pierre sampai di tempat kerjanya dan sedang memarkirkan sepedanya, ia dilecehkan secara verbal oleh sekelompok perempuan. Lalu, ia dengan berani melawan, namun ia mendapatkan kekerasan dan pelecehan seksual dari kelompok perempuan tersebut.
Hasil gambar untuk majorité opprimée
·         Penyelesaian : Pierre yang mendapatkan kekerasan dan pelecehan seksual tersebut melapor ke polisi dan ia mendapatkan respons yang tidak menyenangkan seperti merendahkan kasus tersebut. Setelah itu, ia dijemput oleh istrinya yang pulang bekerja namun sang istri malah menyalahkannya karena baju yang ia kenakan terlalu terbuka, lalu Pierre mengungkapkan bahwa ia muak dengan gerakan feminis yang salah.

c.    Tokoh dan penokohan :
·         Pierre        : Lemah, berjiwa pemberontak, tidak dapat menilai situasi, bertanggung jawab.
·         Nissar       : Penurut, ramah, baik.
·         Polisi        : Tidak tegas, tidak bertanggung jawab, menganggap remeh persoalan.
·         Istri Pierre: Tegas, perhatian, suka menghakimi.

d.   Latar :
1.      Waktu     : Sekitar tahun 2010 an
2.      Tempat    : Prancis
3.      Suasana   : Keadaan tenang, tetapi terlihat jelas bahwa perempuan yang memegang kendali
pada saat itu.

3.    Nilai-nilai apresiasi
a)      Nilai Hiburan
Kami merasa terhibur sepanjang film ini ditampilkan. Penggambaran peran antara perempuan dan laki-laki yang terbalik perilakunya sangat menggelitik. Sindiran-sindiran yang terdapat dalam film mengenai kaum lelaki sangat sesuai dengan kehidupan, sehingga sangat berkaitan dengan pengalaman yang kami dapatkan sehari-hari.

b)     Nilai Pendidikan/Moral
Film ini mengangkat sebuah isu yang terkait dengan mendominasinya salah satu gender di dalam kehidupan. Dapat diketahui dalam film ini bahwa sebagai manusia, kita harus saling menghargai satu sama lain. Gender bukanlah sebuah superioritas yang pada akhirnya dapat memecah belah kehidupan menjadi berkelompok. Dengan adanya perbedaan tersebut, seharusnya menjadi warna dalam kehidupan sehingga kita dapat saling menghargai perbedaan satu sama lain.

c)      Nilai Artistik
Pada saat pembukaan film, sang sutradara menggambarkan tentang kehidupan yang terjadi di masa kini tetapi dalam sudut pandang perempuan, di mana perempuan melihat lelaki dengan tatapan memuja dan menginginkan. Tampilan film dari awal sampai akhir sangat nyaman dipandang, karena sutradara melakukan pengambilan gambar antara batas frame dan jarak kepala pemeran dengan sangat baik. Penggambaran tokoh serta ekspresi yang ditampilkan oleh para tokoh cukup menjiwai sehingga penonton dapat merasakan apa yang terjadi dalam jalan cerita film tersebut. Color grading yang digunakan dalam menggambarkan isi film tersebut sangat baik dan tidak menyakiti mata. Tidak dijelaskan secara gamblang latar tahun cerita ini namun dapat dilihat dari segi pakaian yang digunakan oleh para pemainnya bahwa film ini mengambil latar tahun 2000-an. Transisi pada film yang digunakan halus sehingga menciptakan harmoni pada keseluruhan film tersebut.


Sebuah apresiasi film karya:
Ruth Agnesia 165110300111008
Bella Hilmi 165110300111017
Ronaldo Thendean 175110300111013
Wulan Deria 175110301111017