Apresiasi Film “Majorité Oprimée”
Sutradara : Eléonore Pourriat
Produser : Matthieu Prada
Tahun
produksi : 2010
Pemain : Pierre Benezit, Tom Colomer, Josie Borrelly-Llop,
Céline Porcel, Jamel Barbouche, Marie Favasuli, Lila Berthier, Adèle Grand,
Rehab Benhsaine, Celia Rosich, Céline Menville, Christophe Robert, Marie-Lorna
Vaconsin
1.
Sinopsis
Film ini menceritakan tentang
kehidupan yang “dikuasai” oleh perempuan. Laki-laki tidak memiliki pengaruh apapun dalam pengambilan keputusan. Lain
halnya dengan kehidupan saat ini, dimana laki – laki lebih mendominasi daripada
perempuan dalam pengambilan keputusan dan kepemilikan kekuasaan. Dikisahkan
dalam film ini, kehidupan seorang laki-laki yang juga adalah seorang ayah dan
suami bernama Pierre. Pierre merasa kehidupan di sekitarnya berubah semenjak
gerakan feminis merubah tatanan kehidupan sehari – hari, seperti ketika, Pierre
mulai menyuarakan pikirannya mengenai perbedaan perlakuan yang terdapat antara
perempuan dan laki-laki, ia juga mengomentari kehidupan temannya sesama suami
yang selalu menurut perintah istrinya, melawan perkataan pemulung perempuan,
maupun beradu mulut dengan sekelompok perempuan di pinggir jalan. Tetapi saat
dia mulai memberontak akan ketidakadilan yang dialaminya, suatu masalah besar menghampirinya.
(gambar
memperlihatkan scene dimana para perempuan menatap bokong lelaki yang melintasi
mereka)
2.
Analisis Intrinsik
a. Tema : Satir
Satir pada film ini muncul dikeseluruhan film
karena diceritakan bahwa perempuan mendominasi kehidupan antara laki – laki dan
perempuan. Berikut juga dengan perlakuan perempuan terhadap kaum laki – laki
yang suka merendahkan dan menggoda di jalanan. Sangat berbanding terbalik dengan
kehidupan nyata sekarang ketika laki – laki lebih mendominasi, dan perempuan
ketika berjalan sendiri lebih rentan untuk mendapatkan pelecehan secara verbal
maupun seksual.
b. Alur : Maju
·
Eksposisi : Pembukaan film yang memperlihatkan para
perempuan yang terlihat bebas dan percaya diri dengan keberadaan mereka
digambarkan dengan seorang perempuan melakukan jogging dengan tidak memakai
baju. Terdapat tokoh Pierre sebagai seorang laki –laki, suami, dan ayah. Pada babak ini, Pierre memiliki
peran dalam mengurus rumah tangga dan anak.
·
Klimaks : Ketika Pierre sampai di tempat kerjanya dan
sedang memarkirkan sepedanya, ia dilecehkan secara verbal oleh sekelompok
perempuan. Lalu, ia dengan berani melawan, namun ia mendapatkan kekerasan dan
pelecehan seksual dari kelompok perempuan tersebut.
·
Penyelesaian : Pierre yang mendapatkan kekerasan
dan pelecehan seksual tersebut melapor ke polisi dan ia mendapatkan respons
yang tidak menyenangkan seperti merendahkan kasus tersebut. Setelah itu, ia
dijemput oleh istrinya yang pulang bekerja namun sang istri malah
menyalahkannya karena baju yang ia kenakan terlalu terbuka, lalu Pierre
mengungkapkan bahwa ia muak dengan gerakan feminis yang salah.
c. Tokoh dan penokohan :
·
Pierre :
Lemah, berjiwa pemberontak, tidak dapat menilai situasi, bertanggung jawab.
·
Nissar : Penurut, ramah, baik.
·
Polisi : Tidak tegas, tidak
bertanggung jawab, menganggap remeh persoalan.
·
Istri Pierre: Tegas, perhatian, suka menghakimi.
d. Latar :
1.
Waktu : Sekitar
tahun 2010 an
2.
Tempat : Prancis
3. Suasana : Keadaan tenang, tetapi terlihat
jelas bahwa perempuan yang memegang kendali
pada saat itu.
3.
Nilai-nilai apresiasi
a) Nilai Hiburan
Kami merasa terhibur sepanjang film ini
ditampilkan. Penggambaran peran antara perempuan dan laki-laki yang terbalik
perilakunya sangat menggelitik. Sindiran-sindiran yang terdapat dalam film
mengenai kaum lelaki sangat sesuai dengan kehidupan, sehingga sangat berkaitan
dengan pengalaman yang kami dapatkan sehari-hari.
b) Nilai Pendidikan/Moral
Film ini mengangkat sebuah isu yang terkait dengan
mendominasinya salah satu gender di dalam kehidupan. Dapat diketahui dalam film
ini bahwa sebagai manusia, kita harus saling menghargai satu sama lain. Gender bukanlah sebuah superioritas
yang pada akhirnya dapat memecah belah kehidupan menjadi berkelompok. Dengan
adanya perbedaan tersebut, seharusnya menjadi warna dalam kehidupan sehingga
kita dapat saling menghargai perbedaan satu sama lain.
c) Nilai Artistik
Pada saat pembukaan film, sang sutradara
menggambarkan tentang kehidupan yang terjadi di masa kini tetapi dalam sudut
pandang perempuan, di mana perempuan melihat lelaki dengan tatapan memuja dan
menginginkan. Tampilan film dari awal sampai akhir sangat nyaman dipandang,
karena sutradara melakukan pengambilan gambar antara batas frame dan jarak
kepala pemeran dengan sangat baik. Penggambaran tokoh serta ekspresi yang
ditampilkan oleh para tokoh cukup menjiwai sehingga penonton dapat merasakan
apa yang terjadi dalam jalan cerita film tersebut. Color grading yang digunakan dalam menggambarkan
isi film tersebut sangat baik dan tidak menyakiti mata. Tidak dijelaskan secara
gamblang latar tahun cerita ini namun dapat dilihat dari segi pakaian yang digunakan
oleh para pemainnya bahwa film ini mengambil latar tahun 2000-an. Transisi pada
film yang digunakan halus sehingga menciptakan harmoni pada keseluruhan film
tersebut.
Sebuah apresiasi film karya:
Ruth Agnesia 165110300111008
Bella Hilmi 165110300111017
Ronaldo Thendean 175110300111013
Wulan Deria 175110301111017